Etos Kerja Seorang Muslim

Tujuan Bekerja Dalam Islam

etos-kerjaUrusan dunia merupakan perkara yang paling banyak menyita perhatian umat manusia, sehingga mereka menjadi budak dunia, bahkan lebih parah lagi, sejumlah besar Umat Islam memandang bahwa berpegang dengan ajaran Islam akan mengurangi peluang mereka dalam mengais rizki. Ada sejumlah orang yang masih mau menjaga sebagian kewajiban syariat Islam tetapi mereka mengira bahwa jika ingin mendapat kemudahan di bidang materi dan kemapanan ekonomi hendaknya menutup mata dari sebagian aturan islam terutama yang berkenaan dengan etika bisnis dan hukum halal haram.

Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam berusaha mencari nafkah, bahkan telah memberikan solusi tuntas dan mengajarkan etika mulia agar mereka mencapai kesuksesan dalam mengais rizki dan membukakan pintu kemakmuran dan keberkahan. Kegiatan usaha dalam kaca mata Islam memiliki kode etik dan aturan, jauh dari sifat tamak dan serakah sehingga mampu membentuk sebuah usaha yang menjadi pondasi masyarakat madani dan beradab.


Seluruh harta kekayaan milik Allah sementara manusia hanya sekedar sebagai pengelola, maka orang yang bertugas sebagai pengelola tidak berhak keluar dari aturan Pemilik harta (Allah), maka sungguh sangat menyedihkan bila terdapat sebagian orang yang berpacu untuk meraih kenikmatan dunia dengan menghabiskan seluruh waktunya, sementara mereka melupakan tujuan utama penciptaan, yaitu beribadah kepada-Nya sebagaimana firman Allah: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58).

Manfaat Harta Halal

Manfaat harta yang bersih dan halal di tangan orang salih sangat banyak, ibarat pohon kurma yang tidak menyisakan bagian sedikitpun melainkan seluruhnya bermanfaat untuk manusia. Dengan hidup berkecukupan menuntut ilmu menjadi mudah, beribadah menjadi lancar, bersosialisasi menjadi gampang, bergaul semakin indah, berdakwah semakin sukses, berumah tangga semakin stabil dan beramal shalih semakin tangguh. Oleh karena itu, harta ditangan seorang muslim bisa berfungsi sebagai sarana penyeimbang dalam beribadah, dan perekat hubungan dengan makhluk.

Rasulullah bersabda: Nikmat harta yang baik adalah yang dimiliki laki-laki yang salih. [1]

Bahkan harta tersebut akan menjadi sebuah energi yang memancarkan masa depan cerah, dan sebuah kekuatan yang mengandung berbagai macam keutamaan dan kemuliaan dunia dan akherat, serta penggerak roda dakwah dan jihad di jalan Allah.

Allah berfirman: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2:274)

Nabi juga memberi pujian kepada seorang muslim yang dermawan dan membelanjakan hartanya di jalan kebaikan. Dari Abdullah bin Umar Nabi bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah dan tangan yang di atas suka memberi dan tangan yang di bawah suka meminta. [2]

Dari Umar bin Khaththab berkata: Pernah suatu hari Rasulullah memerintahkan kepada kami agar bersedekah dan ketika itu saya sedang memiliki harta yang sangat banyak: maka saya berkata: Hari ini aku akan mampu mengungguli Abu Bakar lalu aku membawa separoh hartaku untuk disedekahkan. Maka Rasulullah bersabda: Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu? Saya berkata: Aku tinggalkan untuk keluargaku semisalnya. Lalu Abu Bakar datang membawa semua kekayaannya maka beliau bersabda: Wahai Abu Bakar Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, ia menjawab: Saya tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya. Maka aku berkata: Saya tidak akan bisa mengunggulimu selamanya. [3]

Islam Mencela Pemalas dan Peminta-minta

Islam sangat mencela pemalas dan membatasi ruang gerak peminta-minta serta mengunci rapat semua bentuk ketergantungan hidup dengan orang lain, namun Al Qur’an sangat memuji orang yang bersabar dan menahan diri dengan tidak meminta uluran tangan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup karena tindakan tersebut akan menimbulkan berbagai macam keburukan dan kemunduran dalam kehidupan.

Imam Ibnul Jauzi berkata: Tidaklah ada seseorang yang malas bekerja melainkan berada dalam dua keburukan; pertama; menelantarkan keluarga dan meninggalkan kewajiban dengan berkedok tawakkal sehingga hidupnya menjadi batu sandungan orang lain dan keluarganya berada dalam kesusahan, kedua; demikian itu suatu kehinaan yang tidak menimpa kecuali pada orang yang hina dan gelandangan, sebab orang yang bermartabat tidak akan rela kehilangan harga diri hanya karena kemalasan dengan dalih tawakkal yang sarat dengan hiasan kebodohan, sebab boleh jadi seseorang tidak memiliki harta tetapi masih tetap punya peluang dan kesempatan untuk berusaha. [4]

Seorang muslim harus berusaha hidup berkecukupan, memerangi kemalasan, bersemangat dalam mencari nafkah, berdedikasi dalam menutupi kebutuhan, dan rajin bekerja demi memelihara masa depan anak agar mampu hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain, sebab pemalas yang menjadi beban orang dan pengemis yang menjual harga diri merupakan manusia paling tercela dan sangat dibenci Islam seperti yang telah ditegaskan dalam sebuah hadits dari Abdullah Ibnu Umar bahwasannya Nabi bersabda: Tidaklah sikap meminta-minta terdapat pada diri seseorang di antara kalian kecuali ia bertemu dengan Allah sementara di wajahnya tidak ada secuil dagingpun. [5]

Yusuf bin Asbath berkata bahwa Sufyan Ats Tsauri berkata kepadaku: Aku meninggalkan harta kekayaan sepuluh ribu dirham yang nanti dihisab oleh Allah, lebih aku cintai daripada aku hidup meminta-minta dan menjadi beban orang lain. [6]

Etos Kerja Seorang Muslim

Apabila kita mencermati kehidupan para ulama dan imam sunnah, mereka telah memberikan contoh dan teladan sangat mulia dalam menyeimbangkan antara kepentingan mencari ilmu dan mencari nafkah. Bahkan setiap para nabi dan rasul berusaha dan berkarya untuk menopang kelangsungan dalam menyebarkan risalah dan dakwah, nabi Zakaria menjadi tukang kayu, nabi Idris menjahit pakaian dan nabi Daud membuat baju perang, sehingga bekerja untuk bisa hidup mandiri merupakan sunnah para utusan Allah maka berusaha untuk mencari nafkah baik dengan berniaga, bertani dan berternak tidak dianggap menjatuhkan martabat dan tidak bertentangan dengan sikap tawakkal. [7]

Inilah yang difahami oleh para utusan Allah dan para ulama salaf sehingga mereka tergolong orang-orang yang rajin bekerja dan ulet dalam berusaha namun mereka juga gigih dan tangguh dalam menuntut ilmu dan menyebarkan agama. Tidak mengapa seorang bekerja di bidang dakwah dan urusan kaum muslimlin lalu mendapat imbalan dari pekerjaan tersebut karena Umar bin Khaththab ketika menjadi Khalifah mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dari baitul mal. [8]

Cobalah renungkan kehidupan para utusan Allah dan para ulama salaf, kegiatan mereka dalam mencari ilmu dan berda’wah tidak melalaikan mereka mengais rizki yang halal untuk menafkahi keluarganya. Oleh karena itu, kita harus bisa meneladani mereka baik dalam menuntut ilmu maupun dalam mencari nafkah, janganlah malas bekerja dengan alasan tidak bisa menuntut ilmu. Apapun bentuk usaha bagi seorang muslim yang penting halal dan diperoleh dengan cara yang benar maka harus ditekuni dan dijalani dengan penuh suka cita, tidak perlu gensi, dan rendah diri serta malu terhadap profesinya yang dianggap oleh kebanyakan orang sebagai bentuk profesi hina dan tidak bermartabat, padahal mulia dan tidaknya sebuah usaha atau profesi tidak bergantung pada bergengsi atau tidaknya di pandangan manusia seperti bekerja di perusahan asing yang ternama atau posisi jabatan kelas tinggi atau menduduki tempat yang banyak sabetannya, namun kemuliaan sebuah usaha sangat ditentukan oleh kehalalan dan benarnya jenis usaha dihadapan Allah serta terpuji dipandangan syareat.

Footnote:

1. H.R Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan, juz, 4 hadits no: 197 dan 202.
2. H.R. Bukhari (1429), Muslim, (1033), Abu Daud (4947), Ahmad dalam Musnadnya dan Nasa’I dan Ihnu Hibban.
3. Riwayat Tirmidzi3675, hakim di mustarakah1/414 dia berkata shahih.
4. Talbisul Iblis, Ibnul Jauzi, Hal: 303.
5. H.R Bukhari, Muslim dan Nasa’i dalam sunannya.
6. Jami’ Bayanul Ilmi wa Fadhlih, Ibnu Abdul Bar. Juz 2 hal, 33.
7. Lihat Fathul Bary, Juz 4. / l 358 dan Al Minhaj Syarah Sahih Muslim Juz, 15/ 133.
8. Lihat Fathul Bary, 4 / 357.

***

Penulis : Ustadz Abu Ahmad Zaenal Abidin bin Syamsuddin, Lc.
Baca Selengkapnya...

Jalan Menuju Qanaah

Qana’ah (rela dan menerima pemberian Allah subhanahu wata’alaapa adanya) adalah sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadan memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan harta.

Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya bisa menekan sifat tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qana’ah. Berikut ini beberapa kiat menuju qana’ah yang jika kita laksanakan maka dengan izin Allah seseorang akan dapat merealisasikan nya. Di antaranya yaitu:

1. Memperkuat Keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Juga membiasakan hati untuk menerima apa adanya dan merasa cukup terhadap pemberian Allah subhanahu wata’ala, karena hakikat kaya itu ada di dalam hati. Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaan dan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu.


Sebaliknya siapa yang hatinya fakir maka meskipun dia memilki dunia seisinya kecuali hanya satu dirham saja, maka dia memandang bahwa kekayaannya masih kurang sedirham, dan dia masih terus merasa miskin sebelum mendapatkan dirham itu.

2. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.

Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, disebutkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya, “Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Seorang hamba hanya diperintah kan untuk berusaha dan bekerja dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala yang memberinya rizki dan bahwa rizkinya telah tertulis.

3. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur’an yang Agung.

Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah rizki dan bekerja (usaha). ‘Amir bin Abdi Qais pernah berkata, “Empat ayat di dalam Kitabullah apabila aku membacanya di sore hari maka aku tidak peduli atas apa yang terjadi padaku di sore itu, dan apabila aku membacanya di pagi hari maka aku tidak peduli dengan apa aku akan berpagi-pagi, (yaitu):

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathiir:2)

“Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus:107)

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud:6)

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. ath-Thalaq:7)

4. Ketahui Hikmah Perbedaan Rizki

Di antara hikmah Allah subhanahu wata’ala menentu kan perbedaan rizki dan tingkatan seorang hamba dengan yang lainnya adalah supaya terjadi dinamika kehidupan manusia di muka bumi, saling tukar manfaat, tumbuh aktivitas perekonomian, serta agar antara satu dengan yang lainnya saling memberi kan pelayanan dan jasa.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentu kan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an’am 165)

5. Banyak Memohon Qana’ah kepada Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling qana’ah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah subhanahu wata’ala agar diberikan qana’ah, beliau bedoa,
“Ya Allah berikan aku sikap qana’ah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi)

Dan karena saking qana’ahnya, beliau tidak meminta kepada Allah subhanahu wata’ala kecuali sekedar cukup untuk kehidu pan saja, dan meminta disedikitkan dalam dunia (harta) sebagaimana sabda beliau, “Ya Allah jadikan rizki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok saja.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi)

6. Menyadari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian

Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan ilmu, meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran secara pasti.
Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana’ah, terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya, sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri.

7. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia

Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah, jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.”(HR.al-Bukhari dan Muslim)

Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda masih ada lagi lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. Jika anda melihat ada orang lain yang mendapatkan harta dan kedudukannya lebih dari anda, padahal dia tidak lebih pintar dan tidak lebih berilmu dibanding anda, maka mengapa anda tidak ingat bahwa anda telah mendapatkan sesuatu yang tidak dia dapatkan?

8. Membaca Kehidupan Salaf

Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana’ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperolah harta yang melimpah, namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih membutuhkan.

9. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta

Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemilik nya jika dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula.

Ketika seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan ilmunya maka hanya ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat harta yang banyak sehingga dia harus dihisab lebih lama dibanding orang yang lebih sedikit hartanya.

10. Melihat Realita bahwa Orang Fakir dan Orang Kaya Tidak Jauh Berbeda.

Karena seorang yang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu sekaligus. Kita perhatikan orang yang paling kaya di dunia ini, dia tidak makan kecuali sebanyak yang dimakan orang fakir, bahkan mungkin lebih banyak yang dimakan orang fakir. Tidak mungkin dia makan lima puluh piring sekaligus, meskipun dia mampu untuk membeli dengan hartanya. Andaikan dia memiliki seratus potong baju maka dia hanya memakai sepotong saja, sama dengan yang dipakai orang fakir, dan harta selebihnya yang tidak dia manfaatkan maka itu relatif (nisbi).

Sungguh indah apa yang diucapkan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, “Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya.”

Sumber: “Al-Qana’ah, mafhumuha, manafi’uha, ath-thariq ilaiha,” hal 24-30, Ibrahim bin Muhammad al-Haqiil (Alsofwah)
Baca Selengkapnya...

Menata Emosi Agar Tetap Sehat

Pernah merasa emosi Anda naik turun seperti roller coaster? Hidup memang bisa membuat emosi Anda berubah-ubah. Jika Anda tidak bisa mengatasi emosi itu, Andalah yang akan menjadi korban emosi Anda sendiri. Atasilah emosi dengan tepat.

Hal-hal positif dan negatif memang datang silih bergantian dalam hidup. Terkadang kita terlalu egois karena ingin semua hal berjalan positif, atau kita tidak sabar menunggu kapan datangnya hal positif setelah terjebak lama dalam hal negatif.

Jika Anda merasa emosi Anda kurang stabil saat ini, cobalah 5 strategi mengontrol emosi berikut, seperti dikutip dari Health, Jumat (31/7/2009).

1. Biarkan Keluar
Mengeluarkan emosi terkadang harus dilakukan. 'Membotolkan' perasaan sedih atau marah dapat menguras energi dan mengganggu pikiran Anda.

Memendam emosi yang tidak baik dapat merusak diri sendiri dan hubungan dengan kekasih, teman atau keluarga. Biarkan orang lain tahu ketika sesuatu mengganggu pikiran Anda.


Jika Anda termasuk orang yang sulit mencurahkan perasaan melalui kata-kata, cobalah menuangkannya dalam sebuah buku harian. Dengan begitu, Anda akan merasa lega karena ruang di hati Anda sudah tidak disesaki lagi dengan emosi yang mengganjal.

2. Berhitung Hingga Sepuluh
Kekuatan emosi sangatlah besar dan dapat muncul kapan saja dan dimana saja. Di tempat kerja, pusat perbelanjaan, ketika bersama teman atau ketika makan malam bersama kekasih.

Ketika Anda sedang merasa dalam situasi yang penuh gejolak emosi, cobalah berhitung hingga sepuluh sebelum Anda mengatakan sesuatu.

Hal ini memungkinkan Anda untuk lebih tenang, mengatasi situasi dan berpikir tentang efek positif dan negatif yang akan terjadi jika Anda bereaksi atau berkomentar lebih lanjut.

3. Bagi Tugas Dalam Porsi Kecil
Terkadang emosi datang karena beban atau tugas yang Anda kerjakan terlalu berat. Jika hal itu pemicunya, cobalah membagi pekerjaan itu dalam porsi kecil.

Hilangkan pikiran bahwa Anda mempunyai setumpuk pekerjaan yang tidak mungkin Anda selesaikan dengan cepat. Buatlah 'segunung' pekerjaan itu menjadi beberapa 'gunung' kecil, dan cobalah membuat target untuk setiap 'gunung' itu.

Meminta pertolongan seseorang juga tidak ada salahnya. Jangan hanya karena ingin dianggap mandiri dan pekerja keras, Anda banting tulang sendirian. Jika memang kemampuan Anda terbatas, berbagilah kelemahan adalah cara efektif mencegah depresi.

4. Bicara Pada Diri Sendiri
Emosi tidak bisa ditebak, satu menit Anda merasa baik-baik saja, setelahnya Anda tiba-tiba lesu dan tidak bersemangat. Beberapa hal mungkin tidak berjalan seperti apa yang diharapkan, Anda pun merasa dunia seakan-akan gelap.

Sebelum masuk terlalu jauh dalam kegelapan itu, bicaralah pada diri sendiri. Tanyakan apa yang dapat Anda pelajari dari situasi tersebut dan bagaimana Anda dapat membuat hal itu menjadi tantangan untuk lebih maju lagi ke depannya.

5. Penuhilah Kebutuhan Dasar
Pernahkah Anda merasa terkadang emosi tidak adil? Mereka tiba-tiba datang begitu saja ketika Anda sedang sibuk-sibuknya atau memegang sebuah tanggung jawab. Tapi itulah emosi, tidak bisa disangka-sangka datangnya.

Untuk itu, pastikan Anda memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, seperti mengonsumsi makanan bergizi, minum air putih yang banyak, tidur dan istirahat yang cukup serta jangan lupa berolahraga.

Jika Anda sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu, Anda pun bisa merasa lebih tenang dan tidak mudah terbawa emosi karena tubuh kita adalah satu kesatuan antara fisik dan emosi. Jika kebutuhan fisik terpenuhi, emosi pun bisa diatasi.
Baca Selengkapnya...

Membuat Website, Toko Online dan Cara Pemasarannya

Cara membuat website dan pemasaran melalui internet bukan hal yang baru bagi banyak orang yang sudah lama berkecimpung di dunia maya, namun bagi mereka yang awam dan belum mengerti tentang masalah ini tentu akan terasa sulit, buta, gelap dan sama sekali tidak tahu harus memulai dari mana, bahkan tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Untuk itu kami sampaikan tulisan ini untuk Anda yang ingin mengerti tentang dunia pemasaran melalui internet.

Kami mulai dengan apa yang kami ketahui, silahkan bagi yang lain dapat menambahkannya melalui komentar dibawah ini.

Membuat Website :

1. Membuat website sederhana dengan konten yang statis.



Cara ini mengandalkan software desain web seperti microsoft word, front page, adobe golive, adobe dreamweaver (dulu macromedia dreamweaver), atau menggunakan software opensource yang gratis seperti open office atau kompozer yang bisa didownload dari http://kompozer.sourceforge.net.

Cara ini memang mudah semudah menulis artikel menggunakan microsoft word kemudian merekam kedalam format html.

Beberapa halaman dibuat terpisah dan dihubungkan dengan hyperlink, sehingga jika pengunjung meng-klik link tersebut maka halaman yang sesuai akan dibuka.



Selanjutnya setelah halaman-halaman HTML tersebut selesai dibuat, Anda dapat menguploadnya ke server internet.

Anda tidak harus memiliki server internet sendiri karena sangat banyak sekali jasa web hosting yang murah yang memiliki kemampuan yang baik, dengan harga mulai Rp 1000,- per bulan.

Gunakan google untuk mencari info web hosting tersebut, atau gunakan yang gratisan seperti www.000webhost.com

2. Memanfaatkan Web Blog


Saat ini tersedia banyak sekali layanan web blog gratis yang memberikan banyak kemudahan, karena Anda cukup mengisi form untuk mengisi artikel/tulisan atau info produk kemudian klik save. Otomatis tulisan Anda akan terposting dihalaman website Anda.

Berikut contoh web blog gratis yang bisa Anda gunakan :

- www.blogspot.com

- www.multiply.com

- www.blogdetik.com

- www.wordpress.com

- dll.

3. Menggunakan Program CMS


Bagi yang sudah merasakan kemudahan web blog seperti yang dijelaskan pada point 2 diatas, dimana Anda cukup mengisi form tanpa perlu mengerti HTML tentu dapat memahami manfaat program CMS.

Web blog tersebut menggunakan program/aplikasi web yang memudahkan pengguna untuk mengisi/mengganti konten tanpa perlu mengerti HTML sama sekali.

Nah masalahnya sekarang adalah keterbatasan web blog, dimana umumnya hanya terbatas pada penulisan artikel dan forum diskusi saja serta Anda tidak bebas menentukan konten, lokasi konten, desain seperti harapan Anda.

Jika Anda ingin membuat toko online dan website perusahaan yang lebih fleksibel dan bonafid serta menggunakan nama domain Anda sendiri, maka Anda dapat menggunakan program CMS yang banyak tersedia, umumnya open source yang gratis digunakan.

Seperti misalnya :

- Joomla (www.joomla.org)

- Drupal (www.drupal.org)

- Mambo (www.mamboserver.com)

- Xoops (www.xoops.org)

- Zen Cart (www.zencart.com) toko online

- VirtueMart (virtuemart.net) modul toko online untuk Joomla dan Mambo

- PrestaShop (www.prestashop.com), toko online

- Dll...

Tentu Anda akan bertanya-tanya bagaimana cara menggunakan program cms tersebut ?

Caranya :

1. Beli nama domain dan sewa web server / web hosting dengan kapasitas space harddisk minimum 10 mb atau gunakan web hosting gratis seperti www.000webhost.com.

Syarat yang harus dipenuhi oleh web hosting tersebut adalah tersedianya fasilitas database MySQL dan PHP, ini dua syarat penting dan mutlak.

2. Download program CMS yang Anda senangi, kemudian upload ke folder web hosting yang sudah Anda sewa menggunakan program FTP, kemudian extract dan buka alamat website Anda untuk menjalankan instalasi.

Sangat sulit bukan ? ya pasti, cara ini terlalu sulit bagi kebanyakan orang yang tidak terbiasa dengan program FTP (program untuk mentransfer file melalui internet).

Solusinya :

Carilah webhosting yang memiliki fasilitas CPANEL dan FANTASTICO. Web hosting seperti ini sangat banyak dan murah, dari yang gratis hingga yg bayar mulai Rp 5000,- per bulan.

Setelah Anda menyewa server web tersebut, Anda akan diberikan username dan password untuk mengakses CPANEL, yaitu halaman administrator.

Selanjutnya buka alamat website Anda, misalkan www.iniadalahwebsiteku.com/cpanel Anda akan diminta mengisi username dan password, selanjutnya akan tampil halaman CPanel, dengan berbagai icon yang meriah.

Carilah icon FANTASTICO biasanya dibagian bawah cpanel. Klik icon tersebut.

Setelah itu akan tampil daftar berbagai aplikasi CMS yang populer pada bagian kiri halaman fantastico.

Misalkan Anda ingin menginstall Joomla, maka klik Joomla kemudian klik install, selanjutnya Anda akan diminta mengisi nama Admin, email dan password Admin. Cukup beberapa klik maka web site Anda telah siap.

Mudah bukan ?

Nah langkah selanjutnya adalah mendalami fungsi-fungsi dari masing-masing program CMS tersebut. Silahkan Anda membaca petunjuk yang disediakan oleh masing-masing CMS.

Logika sederhananya begini: Buka alamat website Anda, isi username dan password, setelah login, cari link ADMINISTRATOR, selanjutnya Anda akan menemukan menu component/module dan content/block.

Menu component/module adalah menu untuk mengatur modul-modul yang akan ditampilkan di website.

Sedangkan content/block adalah menu untuk mengatur tampilan depan website, seperti halaman depan koran, dimana disana terdapat berbagai cuplikan artikel dari halaman-halaman lainnya.

Jika component/module yang diinginkan tidak ada, maka Anda dapat mendownloadnya dari website CMS yang bersangkutan.

Demikian juga dengan desain/theme dari website, dapat Anda download dengan gratis (namun ada juga yg berbayar).

Pemasaran Melalui Internet :


1. Memanfaatkan Search Engine


Setelah website Anda jadi, Anda perlu sedikit mendalami cara agar website Anda memiliki rangking tertinggi di search engine seperti google, yahoo, dll. Istilah kerennya SEO, search engine optimization (optimalisasi mesin pencari).

Disini Anda harus pandai merancang kata-kata pada judul website, body text, keyword, dsb. agar jika ada orang yang mencari kata - kata tertentu melalui search engine website akan menampilan website Anda pada urutan teratas atau setidaknya tampil dihalaman depan.

Umumnya website Anda akan didata secara otomatis oleh google, yahoo dan yang lainnya dalam waktu 1 minggu.

Ada beberapa petunjuk agar website Anda didata dengan cepat oleh mesin pencari, bacalah artikel dari google ini :

http://www.google.com/support/webmasters/bin/answer.py?answer=34397

Untuk menguji apakah website Anda memiliki rating yang tinggi untuk pencarian kata-kata tertentu, gunakan tools ini :

http://www.widexl.com/remote/search-engines/metatag-analyzer.html

Anda dapat mendalami masalah SEO ini lebih dalam di :

- www.perfect-optimization.com

- www.site-reference.com

Untuk mengetahui keyword mana yang paling populer dan layak untuk dijadikan kata kunci :

- adwords.google.com (daftar, login, klik menu tools > kemudian keyword tools.

2. Iklan Klik


Anda dapat memanfaatkan iklan yang dibayar per klik seperti dari :

- Google - adwords.google.com

Keuntungan iklan yang dibayar per klik ini adalah :

- Anda hanya membayar jika iklan di klik orang

- Dapat menentukan budget perhari, sehingga jika jumlah tagihan melebihi budget, maka iklan tidak ditayangkan.

- Dapat menentukan segmen pengunjung yang diinginkan.

- Menentukan kata-kata pencarian tertentu saja, misalkan jika ada orang yang mencari kata ABC maka iklan Anda baru muncul.

- Tarif per klik ditentukan dengan sistem lelang, sehingga Anda dapat memilih kata-kata yang memiliki nilai yang murah saja.

Kelemahannya :

- Ada tangan-tangan jahil yang asal klik sehingga timbul tagihan yang tidak semestinya.

- Ada yang sekedar iseng kepingin tahu dimana dia buka target pasar sebenarnya.

- Tarif per klik menjadi mahal untuk kata-kata yang sangat populer.

3. Iklan Banner


Banyak website yang menyediakan space untuk pemasangan Banner (berupa gambar).

Website yang sudah populer yang memiliki pengunjung banyak biasanya memiliki tarif yang mahal namun umumnya efektif.

Keuntungan :

- Budget fix perbulan, tidak tergantung jumlah klik (tapi ada juga banner yg dibayar per-klik).

- Ekspos iklan yang lebih tinggi, tergantung popularitas web dimana Anda memasang banner.

Kelemahan :

- Sulit diatur segmentasinya.

- Mahal.

4. Iklan Baris/Mini


Ini merupakan cara promosi/iklan yang paling populer, dimana Anda cukup mendaftar kemudian menulis artikel iklan yang diinginkan.

Keuntungan :

- Gratis

- Mudah

- Cepat

Kelemahan :

- Iklan turun kebawah setiap kali ada yang posting iklan baru

- Hanya tampil jika pengunjung website tersebut memang lagi mencari produk yang sesuai dengan produk Anda saja.

Website iklan mini/baris gratis :

- www.iklanbaris.co.id

- www.iklanmini.co.id

- www.bekas.com

- Dll Klik disini.


5. Komunitas - Forum dan Grup diskusi


Cara pemasaran di dunia maya yang cukup populer adalah dengan ikut aktif di forum-forum dan grup diskusi. Dengan cara ini secara tidak langsung Anda dapat mengenalkan bisnis Anda kepada komunitas yang umumnya memiliki kesamaan dalam hal tertentu, apakah itu komunitas hobi, bisnis, sekolah, dsb.

Keuntungan :

- Promosi Anda lebih diterima karena Anda merupakan bagian dari komunitas yang cukup dikenal disana.

Kelemahan :

- Promosinya tidak blak-blak-an tapi terselubung sehingga hanya efisien jika anggota lain memang tertarik dengan tulisan/artikel Anda.

- Tidak semua forum-grup diskusi mengizinkan beriklan secara terbuka.

6. Email


Cara promosi ini akan efektif jika produk Anda memang sesuai dengan kebutuhan penerima email, yaitu pas timingnya, jika tidak maka email Anda akan dianggap sebagi SPAM (email sampah).

Jadi pandai-pandailah :

- Menyusun prospek beserta alamat emailnya

- Susun kata-kata yang pas, jangan samaratakan konsep tulisan.

- Jangan sebut kata Anda, tapi sebutlah nama penerima di dalam email, agar lebih personal.

- Buat text subject yang menarik

- Kosa kata yang baik dan sopan, ringan dan tidak terlalu banyak, langsung ke inti permasalahan dan terangkan keunggulan Anda.

- Jangan kirim ke banyak tujuan sekaligus, (alamat pengiriman jangan disatukan untuk banyak alamat email), satu email untuk satu alamat email. Karena banyak program anti spam yang akan memasukan email Anda ke kategori spam dan langsung membuangnya ke tempat sampah, atau yang lebih parah, penerima email akan melaporkan Anda sebagai spammer yang akhirnya webhosting Anda akan menutup alamat website Anda.

- Tambahkan penjelasan, "jika Anda tidak berkenan menerima email seperti ini, mohon kirim email kosong ke alamat email kami... "

Manfaatkan aplikasi bulk email, yang dapat mengirim email ke banyak alamat sekaligus dengan isi email sama. Seperti misalnya GroupMail dimana memiliki versi gratis, namun dibatasi untuk pengiriman 100 email sekaligus.

Silahkan download dari : http://www.group-mail.com/asp/common/groupmail.asp
Baca Selengkapnya...

7 Strategi Transisi Keuangan Dari Pegawai Menjadi Pengusaha

Setiap orang harus memutuskan bagi dirinya di level mana pengorbanan dan resiko bersedia diambil agar bisa menikmati kepuasan bekerja mandiri. Dengan mengetahui beberapa strategi mengelola resiko dalam memulai usaha akan membuat Anda membuat keputusan dengan baik.

Dari ketujuh ide finansial dalam memulai usaha seperti di bawah ini, yang pertama menyarankan cara berpindah dari orang gajian (pegawai) menjadi mandiri (pengusaha) secara bertahap. Yang kedua bagaimana mengembangkan dana dan yang terakhir memulai ide.

1. Mengurangi gaji

Meninggalkan pekerjaan untuk mengembangkan usaha baru, sepertinya sebagai satu-satunya opsi Anda, dengan asumsi Anda tidak mendapatkan persetujuan mengurangi jam kerja Anda. Dalam kasus ini, tanyakan pada diri Anda mengapa dan bagaimana perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan mempertahankan ketrampilan dan pengalaman Anda, karena masa transisi bisa memberikan dasar dalam mendekati pimpinan Anda. Pastikan menyelesaikan pekerjaan rumah Anda terlebih dahulu. Namun, bagaimanapun juga Anda harus mampu mendukung permintaan Anda secara rasional.


Juga pertimbangkan masalah waktu dalam memulai usaha. Anda ingin menginformasikan pada pimpinan jika Anda ingin keluar setelah segala sesuatunya sudah siap, jika pimpinan tidak menyetujui permintaan Anda.
2. Mengembangkan sumber penghasilan lain

Jika Anda ingin meninggalkan pekerjaan saat ini, adakah ketrampilan yang Anda miliki bisa dijadikan sandaran dan diterapkan tanpa mengeluarkan waktu dan energi? Apakah kerja sambilan atau freelance sebagai opsi?

Misalnya, pekerja komunitas kesehatan mental membuka praktek pribadi. Dengan menggunakanpengalamannya dalam hal resolusi konflik untuk menjual paket training ke sekolah umum. Seorang wanita beralih dari agen asuransi menjadi penyedia seminar perencanaan keuangan jangka panjang.
3. Mengurangi pengeluaran

Ide finansial lainnya dalam memulai bisnis adalah melihat apa yang bisa Anda hemat. Terlepas dari pengeluaran tetap – pajak, asuransi, dsb - yang merupakan kebijakan pengeluaran dengan anggaran yang lebih besar. Dengan melakukan analisa yang hati-hati terhadap pengeluaran ini dan memilih mana yang didahulukan bisa menghemat ribuan dollar setiap tahunnya.

Analisa dengan cermat pengeluaran tersembunyi - bunga kartu kredit, biaya bank, denda keterlambatan, atau auto debit.
4. Meminjam

Tidak perlu menunggu untuk meminjam sebagai biaya awal sampai Anda memiliki ide yang tersusun dengan baik yang digunakan untuk pinjaman bisnis. Mengambil kredit lunak adalah cara mendapatkan modal saat memulai usaha. Jika Anda memilih ide finansial ini untuk memulai usaha, mengajukan pinjaman atau paket pembiayaan ketika Anda masih bekerja, sangat disarankan. Peringkat Anda sebagai peminjam akan menurun ketika pinjaman ada berkurang.

Anda tidak perlu menunggu! Segera mulai bisnis anda saat Anda masih bekerja. Beberapa langkah dibawah ini bisa dilakukan saat antri di toko kelontong atau di threadmill. Ada beberapa pertanyaan yang perlu Anda tanyakan dan melakukan riset informal untuk mendapatkan kristalisasi ide yang jelas mengenai ide Anda. Ini akan memakan waktu berminggu-minggu dari waktu start-up Anda.
5. Menentukan ceruk

Saat memulai usaha, pikirkan jasa unik yang Anda kuasai dan paling disukai. Buatlah spesifik! Tuliskan! Kemudian pikirkan orang-orang yang akan mendapatkan keuntungan dari jasa yang Anda berikan dan mampu membayarnya. Sekali lagi, buatlah spesifik: usia, dimana mereka biasa berkumpul, kebiasaan dan nilai-nilai.

Jika Anda tidak tahu, bertanyalah. Temukan seseorang yang tepat sebagai profil "klien ideal" dan minta ijin untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Biasanya orang senang bisa membantu orang lain.
6. Membuat marketing plan

Apa yang Anda butuhkan dari marketing plan akan mempengaruhi perkembangan bisnis Anda, mulai saat ini hanya dengan menanyakan , "Bagaimana usaha saya bisa menghasilkan keuntungan ?"

Produk atau jasa apa yang akan Anda jual? Bagaimana Anda menjabarkannya sehingga orang cepat mengetahuinya? Bagaimana Anda mengemasnya? (Biaya jasa? Per proyek? Berdasarkan gaji?) Bagaimana Anda memberinya harga ?
7. Mengelola ketakutan

Bagi kebanyakan orang, apapun yang terkait dengan uang meningkatkan kekhawatiran. Penting untuk mengetahui diri Anda dan orang lain bahwa Anda mengambil resiko, dan Anda sudah menentukan ini adalah resiko yang Anda ambil. Jadi, anggap saja ketakutan memulai usaha adalah hal yang wajar, dan temukan cara untuk mengelolanya.

Mendapatkan dukungan dari orang-orang yang percaya dengan Anda dan apa yang Anda kerjakan adalah taktik manajemen ketakutan nomor satu. Jangan menganggap Anda akan mendapatkannya dari orang-orang yang terdekat dengan Anda atau jika Anda tidak memilikinya, maka tidak menjalankannya. Mungkin saja mereka adalah orang-orang yang berpengaruh besar dalam keputusan Anda dan yang paling siap membantu Anda. Kesediaan untuk melakukan rencana dengan Anda – sangat membantu, tapi dukungan bisa datang belakangan.

Menetapkan tujuan juga sangat membantu (serta tanggal penyelesaian) ini adalah kunci untuk pengalaman baru Anda – mengelola kekhawatiran – dan mengumumkannya setidaknya ke satu orang. Anda akan menemukan dengan membuat komitmen terhadap ide finansial untuk memulai usaha, katakan dengan keras dan ikuti, maka akan memberikan Anda keyakinan ke arah kedepannya.

Bagi Anda yang sudah lelah bekerja untuk orang lain dan ingin mandiri, ide finansial untuk memulai usaha ini akan membantu Anda mengambil langkah yang tepat , tapi positif untuk merealisasikan tujuan Anda!

Oleh Nina Ham

Sumber: www.about.com
Diterjemahkan oleh: Iin - Tim Pengusaha Muslim.com
Baca Selengkapnya...

10 Langkah Meningkatkan Kemampuan Membaca

Tulisan ini bersumber dari situs yang dibina oleh Asy Syaikh Alawy Abdul Qodir As Saqof hafidzahullah.

Inilah sepuluh langkah untuk meningkatkan kemampuan anda dalam membaca, sehingga anda menjadi orang yang kuat dalam membaca dan agar anda berubah menjadi pembaca yang besar. Saya memilihnya untuk anda –pembaca yang mulia- di antara sepuluh makalah dalam bahasa Inggris yang tersebar dalam tema ini. Dan saya menerjemahkannya dengan beberapa perubahan. Yaitu dari seorang pelatih, spesialis dalam perkembangan dan peningkatan kemampuan, Jim M. Allen. Berikut ini sepuluh langkah tersebut:

1. Bukan suatu hal yang penting anda menjadi pembaca yang cepat untuk mendapatkan manfaat.

Beberapa orang membaca dengan kecepatan yang tinggi, lainnya dengan kecepatan sedang, dan yang lain dengan kecepatan lambat untuk memperoleh setiap keterangan. Kecepatan sebenarnya tidak terlalu penting. Akan tetapi yang penting adalah memperoleh manfaat yang anda inginkan dan kehendaki dari membaca buku, makalah atau majalah.


Biarkanlah saya memberikan sebuah rahasia, yang tidak dikatakan pada pembahasan-pembahasan tentang membaca pada umumnya dan tentang membaca cepat pada khususnya. Yaitu bahwasanya tabiat dan judul buku (bisa saja) mengharuskan anda membaca cepat sehingga anda memperoleh manfaat yang banyak. Buku-buku yang yang berisi kumpulan makalah misalnya, seperti buku “Maqolat li Kibari Kuttabil Arabiyah fil ‘Ashril Hadits” oleh Syeikh Muhammad Ibrahim al Hamd. Dan saya sarankan untuk membacanya, karena buku ini mengandung manfaat-manfaat yang bagus dan makalah-makalah luar biasa.

Buku yang berbentuk e-book dibeberapa situs internet memungkinkan untuk dibaca cepat. Adapun ketika kita mengambil salah satu buku fiqih tertentu atau buku yang memerlukan pemikiran yang mendalam, maka tabiat buku memaksa kita untuk membaca dengan lambat, atau kecepatan sedang sehingga anda memahami apa yang terkandung di dalamnya. Untuk itu kecepatan membaca bertingkat-tingkat sesuai dengan tabiat buku dan judulnya. Dan ingatlah selalu bahwa yang penting adalah memperoleh manfaat, bukan selesainya membaca dengan cepat atau kecepatan tinggi.

2. Ketahuilah: Mengapa anda membaca?

Anda wajib mengetahui tujuan sebelum membaca. Dan yang menjadi landasannya adalah dengan memilih buku-buku yang anda baca dengan pemahaman dan pengetahuan.Apakah anda membaca untuk hiburan dan kesenangan? Ataukah anda membaca untuk belajar yang berkelanjutan yang meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kemampuan anda, pandangan hidup, hikmah atas sesuatu, pembangunan dan pembentukan kepribadian anda yang terdidik , kepemimpinan dan pemikiran sehingga anda bisa menjadi orang yang berpengaruh di lingkungan dan masyarakat sekitar anda?

3. Anda tidak perlu membaca segala hal.

Setiap buku, majalah, atau email tidaklah perlu dibaca secara lengkap. Umumnya majalah, email sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang dapat memberi manfaat. Untuk itu hal yang penting adalah anda putuskan apa yang dibaca, dan waktu yang akan dihabiskan dalam membaca. Pilihlah buku yang sesuai dengan keahlian, kepentingan, dan bidang anda yang ingin anda tonjolkan.

4. Bukan hal yang penting anda membaca buku atau segala sesuatu yang ada di tangan anda.

Apakah anda membaca setiap tulisan di majalah yang ada di hadapan anda? Dan apakah anda membaca setiap bagian dan bab dalam buku?

Yang penting dalam masalah ini, jika anda mengikuti metode “membaca segala sesuatu”, kadang anda membaca bab-bab atau tulisan yang banyak dimana sebenarnya tidak diperlukan untuk dibaca. Pilihlah bagian yang penting saja dari buku, yang menarik perhatian anda, dan yang sesuai dengan keterangan dan manfaat yang anda cari. Dan jadilah orang yang bisa memilih dalam membaca.

Dan salah seorang pemikir senior menyebutkan bahwasanya akal anda itu menghasilkan sesuai dengan apa yang anda isi di dalamnya. Yaitu seperti penggilingan, jika anda taruh gandum yang baik di dalamnya, maka akan mengeluarkan tepung yang baik pula, dan apabila anda taruh di dalamnya selain itu maka akan mengeluarkan sesuai dengan apa yang anda taruh tadi. Maka perhatikanlah apa yang anda taruh pada akal anda yang merupakan komponen utama yang anda miliki untuk berhukum dan bermuamalah dengan alam, problematika, imajinasi dan pikiran. Akal merupakan sumber pembentuk kepribadian anda. Masalah ini kembali pada anda, tidak ada campur tangan orang lain di dalamnya.

5. Ujilah kondisi jiwa dan pembawaan anda sebelum memulai membaca.

Kondisi jiwa dan pembawaan sangat penting sebelum memulai membaca di waktu-waktu tertentu. Ketika kondisi jiwa sedang jernih, tidak jenuh, maka anda dapat membaca buku-buku berbobot yang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Jika anda merasa jenuh dan lelah maka pilihlah buku-buku yang mudah dan ringan yang sesuai dimana tidak membutuhkan keseriusan dalam membaca.

6. Buat skala prioritas dalam membaca.

Jadikan kegiatan membaca anda sesuai dengan skala prioritas. Jika anda berniat mengarang sebuah buku, karya ilmiah, makalah, maka bacaan anda harus sesuai dengan judul yang anda niatkan. Ini adalah nasehat yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin meneruskan membaca. Yaitu dengan menjadikan tujuan membaca bisa menghasilkan pemikiran, argumentasi dan imajinasi baru. Kadang anda menenukan sesuatu yang baru dari apa yang dibaca. Hal itu bisa didapat dari penulisan buku, karya ilmiyah dan makalah. Yang demikian ini –dari fakta penelitian dan pengalaman kebanyakan orang- dapat mendorong kita untuk meneruskan membaca dan itu merupakan faktor pendorong yang paling penting dalam membaca.

7. Perbaiki, atur dan siapkan tempat anda membaca.

Anda akan membaca dan memahami dengan sebaik-baik keadaan, apabila tempat anda membaca teratur dan siap dengan keadaan yang dapat membantuanda membaca. Kenyamanan anda ketika duduk merupakan faktor penting untuk meneruskan membaca. Dahulu Syeikh ‘Ali Thonthowiy –seorang Syeikh, da’i, sastrawan, pendidik dan salah seorang quro’ Arab senior pada zaman ini- mengatur bantal-bantal yang berukuran berbeda-beda, dia letakkan dibelakang punggungnya atau menyadarkan punggungnya sesuai dengan posisi yang membantunya agar dapat senyaman mungkin ketika membaca.

8. Jika anda telah memulai membaca jangan berhenti.

Bacalah langsung, jangan berhenti kecuali ada sebab darurat dan terpaksa harus berhenti. Jika anda telah selesai membaca dan anda memiliki beberapa pertanyaan, ulangi sekali lagi secara detail untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dalam benakanda atau mencari jawaban di buku-buku lain. Jika anda tidak memiliki pertanyaan, maka sebenarnya anda telah mendapatkan apa yang anda perlukan. Pertanyaan merupakan pintu kebaikan yang besar bagi siapa saja yang menginginkan perkembangan yang terus-menerus pada kepribadian, pembentukan pola pikir dan jiwa kepepimpinannya.

Saya teringat bahwa saya pernah menghadiri pelatihan manajemen keunggulan dan inovasi yang diadakan oleh Arab Saudi Administrasi Umum di kota Riyadh pada tanggal 8-10 Shafar 1428 H, diantara yang narasumber pada acara itu Prof. Michaell Marchurt dari Universitas George Washington di USA. Dia menyampaikan ceramah dengan judul “Kepemimpinan Pada Abad 21: Pertanyaan lebih utama dari jawaban”. Meskipun durasi ceramahnya hanya sekitar seperempat jam, itu merupakan ceramah yang paling bagus dan menakjubkan pada pertemuan itu dan mendatangkan manfaat yang bagus bagiku. Sebabnya sangat mudah, bahwa ceramah itu memberikan metode bukan informasi.

Barangsiapa yang memiliki informasi maka dia seakan-akan memiliki sepotong emas dan barangsiapa yang memiliki manhaj (metode) seakan-akan dia memiliki tambang emas.

Apa yang saya inginkan untuk dipetik dari kisah tadi yaitu siapa yang menginginkan kesuksesan maka dia harus membayar beban-beban pertanyaan yaitu mulai dengan : mengapa?, apa?, bagaimana?, kapan?, dimana?, apakah? dan lain-lain, dan dia harus mengerahkan tenaga, penat dan keringat di dahinya serta sesuatu dari ketenangan jiwanya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.

9. Konsentrasilah

Ingatlah baik-baik bahwa anda sedang membaca dan anda memiliki tujuan dari membaca. Untuk itu anda harus konsentrasi dalam materi yang dibaca. Jika anda kehilangan konsentrasi dan perhatian setelah membaca maka istirahatlah sejenak atau anda bisa membaca buku lain. Yang penting dapat dijaga jalannya bacaan sesuai dengan materi yang dibaca dan yang diharapkan manfaatnya pada pikiran dan benak anda yang berkembang secara terus-menerus pada saat membaca dan belajar dengan metode yang bermacam-macam. Jangan lupa sesungguhnya membaca itu metode belajar yang paling penting sebagaimana diajarkan dalam pelajaran-pelajaran.

10. Bertahaplah dan biasakan.

Sesungguhnya seorang pembaca besar tidak dilahirkan di antara siang dan malam dan mereka melihat diri mereka sebagai seorang pembaca yang besar. Tetapi mereka kerja keras dan mencari sebab belajar dari kesalahan mereka baik dalam memilih buku atau metode membaca. Memahami dan mengerti pelajaran dari sela-sela penelitian, pengalaman dan kebiasaan.

Metode-metode yang telah saya sebutkan ini member anda bagian penting dan besar untuk meningkatkan kebiasaan anda membaca. Oleh karenanya tinggal memusatkan pikiran, yang penting hal itu kembali kepada anda wahai pembaca yamg mulia.

Membaca bukanlah hobi sebagaimana anggapan orang. Diantara lemahnya perkataan yaitu seseorang ketika ditanya apa hobinya, dia menjawab bahwa hobinya adalah membaca. Sesungguhnya membaca itu cara hidup, pelengkap, kebutuhan primer dan yang paling penting bagi siapa yang ingin menjadi penerang sinar dan cahaya, serta pemimpin yang berpengaruh di dalam kehidupan. Sebelum berpisah saya ajak untuk membaca kitab “ ’Asyiq” oleh Aidh Al Qorni yang didalamnya membahas kisahnya tentang membaca, manfaat-manfaatnya dan memaparkan beberapa contoh membaca dari salafush sholeh, kitab itu mengumpulkan antara hiburan dan faedah. Syeikh menulisnya dengan uslub yang mengandung nilai sastra yang tinggi.

Sumber : http://www.direktori-islam.com/2009/07/10-langkah-meningkatkan-kemampuan-membaca/
Baca Selengkapnya...

Santri Intelektual

Jadilah Santri Yang Intelektual

Seorang santri tidak hanya dituntut menjadi seorang yang ibadahnya khusyu saja, namun juga harus menjadi intelektual yang alim dan shalih. Ingat!, bahwa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat kita harus mampu menguasai ilmu, sebagaimana hadits nabi Muhammad s.a.w yang mengatakan bahwa kehidupan dunia bisa diraih dengan ilmu, begitu juga kehidupan akhirat juga bisa diraih dengan ilmu dan kehidupan kedua-duanya juga bisa diraih dengan ilmu.

Seorang santri adalah penerus perjuangan orang-orang yang telah mendahuluinya, masa depan bangsa dan agama ini ada ditangan para santri sebagai salah satu aset bangsa yang dibanggakan. Nasib ke depan bangsa ini ada ditangan mereka, bila mereka lemah, baik secara fisik maupun intelektual, maka bangsa ini hanya menunggu kehancuran belaka. Maka, dalam salah satu firman-Nya, Allah s.w.t mengatakan bahwa hendaklah kita tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah, baik lemah fisik maupun intelektual.


Berangkat dari hal itulah, maka sangat perlu ditekankan di sini bahwa seorang santri harus memiliki jiwa belajar yang kuat.. semangat untuk menuntut ilmu tiada henti harus selalu dipupuk, mengalahkan nafsu malas harus ditingkatkan. Grafik perkembangan prestasi harus ditingkatkan setiap waktu. Jika sudah memiliki jiwa seperti ini, maka seorang santri akan dengan mudah menjadi seorang santri yang kaya akan wawasan dan pengalaman. Dengan demikian maka santri akan lebih mudah untuk menjadi seorang santri yang intelektual dan seorang intelektual yang santri.

Maka dari itu, di pesantren ini diadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada hal tersebut, salah satunya kegiatan bahtsul masa’il yang menuntut santri harus pandai mengolah, menguasai dan berdiskusi tentang ilmu-ilmu yang ada di kitab kuning itu. Kitab kuning adalah gudangnya ilmu, luas sekali samudera keilmuan yang ada di kitab kuning, dan oleh karena itu membutuhkan keseriusan untuk menguasainya.

santri harus menguasai kitab kuning sebagai salah satu alat untuk menyelami ilmu yang luas itu. Kegiatan-kegiatan seperti bahtsul masa’il, halaqoh, dan sejenisnya yang menjadikan santri lebih memahami kitab kuning dan menguasai serta akhirnya mengamalkan kitab kuning ini harus digalakkan, jangan hanya sampai pada bisa membaca saja. Dan yang lebih penting dari itu adalah bahwa kita disamping bisa membacanya juga harus bisa memahaminya, menguasainya dan pada akhirnya mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, jangan hanya menguasai ilmu agama seperti yang ada di kitab kuning itu, strong>santri kelak akan terjun ke masyarakat. Di masyarakat santri pasti dituntut menjadi pemimpin, minimal bagi keluarganya. Untuk itu, mumpung masih di pesantren juga harus pandai menguasai ilmu kemasyarakatan dan keorganisasian.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pembinaan bagi strong>santri sebenarnya sudah mengajarkan kepada kita untuk hidup dan berjuang di masyarakat. Kalau kita mau belajar di pesantren tentang kemasyarakatan, keorganisasian dan perjuangan, maka pesantren sudah cukup untuk menjadi perpustakaan mini. Semua tentang ilmu itu sebenarnya sudah dikenalkan di pesantren ini. Maka, strong>santri tak usah bingung ke mana harus mencari ilmu kemasyarakatan seperti itu. Di pesantren ini sudah diajarkan, jangan mengira tidak ada, apalagi sering keluar dengan alasan belajar ilmu kemasyarakatan.

Dengan begitu, ilmu kita sudah lengkap, ketika kita dihadapkan pada persoalan ilmu agama kita sudah menguasai beberapa literatur kitab kuning. Kita siap menjawab semua pertanyaan yang diajukan masyarakat kepada kita, begitu juga sebaliknya, ketika ditunjuk sebagai pemimpin dengan bekal kepemimpinan dan kemasyarakatan yang kita pelajari selama di pesantren.

Kembali ke santri intelektual. Mengapa harus santri yang intelektual? banyak pemimpin kita yang pandai dan intelektual. Namun, karena mereka tidak santri rata-rata kepemimpinan mereka tidak beres. Oleh karena itu ketika yang menjadi pemimpin adalah santri yang intelektual, maka tidak perlu diragukan lagi akhlak, moral serta intelektualnya.

Seorang santri yang menjadi pemimpin, maka insya Allah kepemimpinannya dapat dirasakan oleh seluruh masyarkat, janji-janjinya tidak sekedar janji, tapi akan diwujudkan. Mudah-mudahan kita dapat menjadi seorang santri yang intelektual dan intelektual yang santri dan mudah-mudahan kita selalu diberi inayah oleh Allah yang Maha Kuasa. Amin…..

sumber : KH. Masbuhin Faqih – Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin (taushiyah)
Baca Selengkapnya...

Tentang Ma'rirat

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghoramatan yang semestinya.” (Q.S. Al-An’am:91)

Dalam sebuah tafsir dijelaskan bahwa ayat tersebut bermakna. “Mereka tidak mengenal Allah (Marifat) sebagaimana seharusnya Dia dikenal.”

Diriwayatkan dari Aisyah r..a bahwa Nabi Saw. Bersabda, “Pondasi sebuah rumah adalah dasarnya. Pondasi agama adalah pengenalan kepada Allah Swt. Yakin, dan akal yang teguh.” Aisyah lalu bertanya”Demi ayah dan ibuku, menjadi tebusanmu, apakah akal yang teguh itu?” Beliau Saw. Menjawab : “Menjaga dari maksiat terhadap Allah dan bersemangat dalam menaati Allah Swt.” (Dikeluarkan oleh ad Dailamy, dari Aisyah r.a)

Ditinjau dari segi bahasa, para ulama mengartikan ma’rifat adalah ilmu. Semua ilmu adalah disebut ma’rifat, dan semua ma’rifat adalah ilmu, dan setiap orang yang mempunyai ilmu(‘alim) tentang Allah Swt. Berarti seorang yang arif, dan setiap yang arif berarti ‘alim. Tetapi dikalangan sufi, ma’rifat adalah sifat dari orang yang mengenal Allah Swt., melalui Nama-nama serta Sifat-sifat-Nya dan berlaku tulus kepada Allah Swt. Dengan muamalatnya, kemudian menyucikan dirinya dari sifat2 yang rendah dan cacat, yang terpaku lama di pintu (ruhani), dan yang senantiasa I’tikaf dalam hatinya. Kemudian dia menikmati keindahan dekat hadirat-Nya, yang mengukuhkan ketulusannya dalam semua keadaannya. Memutus segala kotoran jiwanya, dan dia tidak mencondongkan hatinya kepada pikiran apa pun selain Allah ta’ala, sehingga ia menjadi orang asing di kalangan makhluk. Ia menjadi bebas dari bencana dirinya, bersih dan tenang, senantiasa abadi dalam sukacita bersama Allat Swt., dalam munajatnya.Di setiap detik senantiasa kembali kepada-Nya, senantiasa berbicara dari sisi Al-Haq melalui pengenalan rahasia2-Nya. Dan ketika Allah Swt. Mengilhaminya dengan membuatnya menyadari rahasia2-Nya akan takdirnya, maka pada saat itu ia disebut seorang ‘arif, dan keadaannya disebut ma’rifat. Jelasnya, frekuensi keterasingannya terhadap dirinya sendiri (dan seluruh makhluk yang ada) semata karena sukses ma’rifatnya kepada Allah Swt.


Para syeikh masing2 berbicara tentang ma’rifat, sesuai dengan pengalamannya sendiri dan menunjukan isyarat apa yang datang kepadanya pada waktunya.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqad berkata, “Salah satu tanda ma’rifat adalah munculnya haibah dari Allah Swt. Barangsiapa bertambah ma’rifatnya, bertambah pula haibahnya.” Beliau juga menyatakan, “Ma’rifat membawa ketentraman dalam hati, sebagaimana pengetahuan membwa kedamaian. Jadi, orang yang ma’rifat bertambah, maka bertambah pula ketentramannya.”

Asy-Sibly berkata, “Bagi sang ‘arif tidak ada keterikatan, bagi sang pencinta tidak ada keluhan, bagi sang hamba tidak ada tuntutan, bagi orang yang takut kepada Allah tidak ada tempat yang aman, dan bagi setiap orang tidak ada jalan lari dari Allah.” Ketika Asy-Sibly ditanya tentang ma’rifat, dia menjawab, “Awalnya adalah ma’rifat hanya bagi Allah Swt. Dan yang akhirnya adalah sesuatu yang tiada terhingga.”

Abu Hafs berkata :”Sejak diriku mencapai ma’rifat, tiada lagi kebenaran ataupun kebatilan yang memasuki hatiku.” Ucapan Abu Hafs ini mengandung kemusykilan. Mungkin sekali Abu Hafs menunjukan bahwa dalam pandangan sufi, ma’rifat menjadikan sang hamba kosong dari dirinya sendiri, karena dia dilimpahi oleh zikir kepada-Nya. Dengan demikian, tidak melihat apa pun selain Allah Swt.., tidak pula musyahadah kepada selain Allah Swt. Sebagaimanaseorang yang berakal berpaling kepada hati dan refleksi pemikirannya terhadap obyek pemikirannya, atau kondisi yang dihadapinya. Bagi sang ‘arif, semata kembali pada Tuhannya. Jika seseorang disibukkan dengan Tuhannya semata, maka dia tidak akan berpaling kepada hatinya sendiri. Bagaimana mungkin masalah tersebut memasuki hati seseorang yang tidak punya hati? Bedakanlah antara orang yang hidup dengan hatinya, dan orang yang hidup dengan Tuhannya.

Ketika ditanya tentang ma’rifat, Abu Yazid al-Bisthami menjawab dengan menyitir ayat “Sesungguhnya raja2, jika mereka memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan penduduknya yang mulia menjadi hina.” (Q.s. An-Naml: 34). Abu Yazid menyatakan, “Manusia mempunyai ihwal ruhani, bagi sang arif tidak ada. Sifat2 manusiawinya terhapus dan ke-dia-annya telah berubah menjadi ke-Dia-an lain. Pengaruhnya gaib karena factor lain diluar dirinya.”

Muhammad al-Wasithy berkata : “Ma’rifat tidak dibenarkan jika dalam diri si hamba masih ada rasa kepuasan dengan Allah Swt., dan kebutuhan terhadap-Nya.”

Baca Selengkapnya...

Beriman Pada Taqdir

Kaum muslimin yang semoga dimuliakan oleh Allah Ta’ala, salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim adalah beriman kepada takdir baik maupun buruk.
Perlu diketahui bahwa beriman kepada takdir ada empat tingkatan :

[1] Beriman kepada ilmu Allah yang ajali sebelum segala sesuatu itu ada. Di antaranya seseorang harus beriman bahwa amal perbuatannya telah diketahui (diilmui) oleh Allah sebelum dia melakukannya.
[2] Mengimani bahwa Allah telah menulis takdir di Lauhul Mahfuzh.
[3] Mengimani masyi’ah(kehendak Allah) bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah karena kehendak-Nya.
[4] Mengimani bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu. Allah adalah Pencipta satu-satunya dan selain-Nya adalah makhluk termasuk juga amalan manusia.

Dalil dari tingkatan pertama dan kedua di atas adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya),”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allahmengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian ituterdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al Hajj [22] : 70). Kemudian dalil dari tingkatan ketiga di atas adalah firman Allah (yang artinya),”Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir [81] : 29). Sedangkan untuk tingkatan keempat, dalilnya adalah firman Allah (yang artinya),”Allah menciptakan kamu dan apa saja yang kamu perbuat.” (QS. Ash-Shaffaat [37] : 96). Pada ayat ‘Wa ma ta'malun’ (dan apa saja yang kamu perbuat) menunjukkan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah.


Macam-macam Takdir
Takdir itu ada 2 macam :

[1] Takdir umum mencakup segala yang ada. Takdir ini dicatat di Lauhul Mahfuzh. Dan Allah telah mencatat takdir segala sesuatu hingga hari kiamat. Takdir ini umum bagi seluruh makhluk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah adalah qalam (pena). Allah berfirman kepada qalam tersebut,“Tulislah”. Kemudian qalam berkata,“Wahai Rabbku, apa yang akan aku tulis?” Allah berfirman,“Tulislah takdir segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud).
[2] Takdir yang merupakan rincian dari takdir yang umum. Takdir ini terdiri dari :
(a) Takdir ‘Umri yaitu takdir sebagaimana terdapat pada hadits Ibnu Mas’ud, di mana janin yang sudah ditiupkan ruh di dalam rahim ibunya akan ditetapkan mengenai 4 hal : (1) rizki, (2) ajal, (3) amal, dan (4) sengsara atau berbahagia.
(b) Takdir Tahunan yaitu takdir yang ditetapkan pada malam lailatul qadar mengenai kejadian dalam setahun. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),”Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 4). Ibnu Abbas mengatakan,”Pada malam lailatul qadar, ditulis pada ummul kitab segala kebaikan, keburukan, rizki dan ajal yang terjadi dalam setahun.” (Lihat Ma’alimut Tanzil, Tafsir Al Baghowi)
Seorang muslim harus beriman dengan takdir yang umum dan terperinci ini. Barangsiapa yang mengingkari sedikit saja dari keduanya, maka dia tidak beriman kepada takdir. Dan berarti dia telah mengingkari salah satu rukun iman yang wajib diimani.

kurus3Salah dalam Menyikapi Takdir
Dalam menyikapi takdir Allah, ada yang mengingkari takdir dan ada pula yang terlalu berlebihan dalam menetapkannya.

Yang pertama ini dikenal dengan Qodariyyah. Dan di dalamnya ada dua kelompok lagi. Kelompok pertama adalah yang paling ekstrim. Mereka mengingkari ilmu Allah terhadap segala sesuatu dan mengingkari pula apa yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzh. Mereka mengatakan bahwa Allah memerintah dan melarang, namun Allah tidak mengetahui siapa yang ta’at dan berbuat maksiat. Perkara ini baru saja diketahui, tidak didahului oleh ilmu Allah dan takdirnya. Namun kelompok seperti ini sudah musnah dan tidak ada lagi.
Kelompok kedua adalah yang menetapkan ilmu Allah, namun meniadakan masuknya perbuatan hamba pada takdir Allah. Mereka menganggap bahwa perbuatan hamba adalah makhluk yang berdiri sendiri, Allah tidak menciptakannya dan tidak pula menghendakinya. Inilah madzhab mu’tazilah.
Kebalikan dari Qodariyyah adalah kelompok yang berlebihan dalam menetapkan takdir sehingga hamba seolah-olah dipaksa tanpa mempunyai kemampuan dan ikhtiyar (usaha) sama sekali. Mereka mengatakan bahwasanya hamba itu dipaksa untuk menuruti takdir. Oleh karena itu, kelompok ini dikenal dengan Jabariyyah.

Keyakinan dua kelompok di atas adalah keyakinan yang salah sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya adalah firman Allah (yang artinya),”(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir [81] : 28-29). Ayat ini secara tegas membantah pendapat yang salah dari dua kelompok di atas. Pada ayat,“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak (pilihan) bagi hamba. Jadi manusia tidaklah dipaksa dan mereka berkehendak sendiri. Kemudian pada ayat selanjutnya,”Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” merupakan bantahan untuk qodariyyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa tergantung pada kehendak Allah. Ini perkataan yang salah karena pada ayat tersebut, Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.

Keyakinan yang Benar dalam Mengimani Takdir
Keyakinan yang benar adalah bahwa semua bentuk ketaatan, maksiat, kekufuran dan kerusakan terjadi dengan ketetapan Allah karena tidak ada pencipta selain Dia. Semua perbuatan hamba yang baik maupun yang buruk adalah termasuk makhluk Allah. Dan hamba tidaklah dipaksa dalam setiap yang dia kerjakan, bahkan hambalah yang memilih untuk melakukannya.

As Safariny mengatakan, ”Kesimpulannya bahwa mazhab ulama-ulama terdahulu (salaf) dan Ahlus Sunnah yang hakiki adalah meyakini bahwa Allah menciptakan kemampuan, kehendak, dan perbuatan hamba. Dan hambalah yang menjadi pelaku perbuatan yang dia lakukan secara hakiki. Dan Allah menjadikan hamba sebagai pelakunya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya),”Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah” (QS. At Takwir [81] : 29). Maka dalam ayat ini Allah menetapkan kehendak hamba dan Allah mengabarkan bahwa kehendak hamba ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah dalil yang tegas yang dipilih oleh Ahlus Sunnah.”

businesswomanJangan Hanya Bersandar pada Takdir Allah
Sebagian orang ada yang salah paham dalam memahami takdir. Mereka menyangka bahwa seseorang yang mengimani takdir itu hanya pasrah tanpa melakukan sebab sama sekali. Contohnya adalah seseorang yang meninggalkan istrinya berhari-hari untuk berdakwah keluar kota. Kemudian dia tidak meninggalkan sedikit pun harta untuk kehidupan istri dan anaknya. Lalu dia mengatakan,”Saya pasrah, biarkan Allah yang akan memberi rizki pada mereka”. Sungguh ini adalah suatu kesalahan dalam memahami takdir.
Ingatlah bahwa Allah memerintahkan kita untuk mengimani takdir-Nya, di samping itu Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita bermalas-malasan. Apabila kita telah mengambil sebab, namun kita mendapatkan hasil yang sebaliknya, maka kita tidak boleh berputus asa dan bersedih karena hal ini sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan janganlah malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya) karena ucapan’seandainya’ akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim)

Buah dari Beriman kepada Takdir
Di antara buah dari beriman kepada takdir dan ketetapan Allah adalah hati menjadi tenang dan tidak pernah risau dalam menjalani hidup ini. Seseorang yang mengetahui bahwa musibah itu adalah takdir Allah, maka dia yakin bahwa hal itu pasti terjadi dan tidak mungkin seseorang pun lari darinya.
Dari Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, ”Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439)

Maka apabila seseorang memahami takdir Allah dengan benar, tentu dia akan menyikapi segala musibah yang ada dengan tenang. Hal ini pasti berbeda dengan orang yang tidak beriman pada takdir dengan benar, yang sudah barang tentu akan merasa sedih dan gelisah dalam menghadapi musibah. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk sabar dalam menghadapi segala cobaan yang merupakan takdir Allah.

Ya Allah, kami meminta kepada-Mu surga serta perkataan dan amalan yang mendekatkan kami kepadanya. Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka serta perkataan dan amalan yang dapat mengantarkan kami kepadanya. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu, jadikanlah semua takdir yang Engkau tetapkan bagi kami adalah baik. Amin Ya Mujibbad Da’awat.

[Sumber rujukan utama : [1] Al Irsyad ila Shohihil I’tiqod, Syaikh Fauzan Al Fauzan, [2] Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin]-[pengusahamuslim.com]
Baca Selengkapnya...

Translate

ketika saya menulis status facebook dengan menggunakan bahasa Jepang atau tulisan kanji (私は昨日よりも改善することを希望). Temen-temen saya banyak yang menanyakan apa arti dari tulisan tersebut, saya hanya bisa jawab " Ga koq, cuman lagi pengen nulis aja ^^". Tapi saya heran malah semakin banyak yang comment dan mendesak untuk menulis artinya dan bahkan ada yang meminta saya untuk membaca ejaan tulisan tadi !!!

mungkin untuk mengartikannya "gampang aja", tapi untuk mengejanya saya nyerah dech. Dan akhirnya saya tulis aja artinya, yang tadinya ingin membuat bingung orang lain, eh.. malah sebaliknya. :-D


Bagi sobat yang ingin menulis status di facebook dengan bahasa asing, caranya gampang banged koq!!. Contohnya bisa Bahasa Arab, Jepang, Korea, China, Tagalog, dll sobat tinggal buka [ di sini ] sebuah layanan terjemahan bahasa dari eyang / mbah Google, yang sekarang ini sudah terdapat 42 bahasa yang bisa diterjemahkan satu sama lainnya.

kalo udah dibuka, tinggal tulis bahasa Indonesia-nya (bahasa baku), dan jangan lupa untuk memilih menerjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa yang sobat pilih. Kemudian copy dan paste di kolum update status Facebook. Selesai, mungkin banyak teman2 sobat yang kebingungan dengan status sobat tadi.

Key... sampai jumpa pada trik²ku selanjutnya.. :D
Baca Selengkapnya...

Carilah Ilmu

Imam Malik bin Dinar r,a. (w. 127.H) berkata: Siapa yang menuntut ilmu hanya untuk diri sendiri, maka ilmu sedikit telah cukup baginya. Dan barangsiapa yang menuntut ilmu untuk kebaikan banyak orang, maka ketahuilah.. Hajat manusia itu sangat banyak ragamnya.

Carilah ilmu.
Jangan kau malas...
Sungguh kemalasan itu menendang segala kebajikan..

Dekaplah indahnya kepahaman tentang fiqh..
Jangan tergoda oleh harta..
Jangan sibukkan diri hanya dengan mengurus gaji-gaji
karwayan-karyawan dan pekerjamu..

images

Tinggalkan sejenak ranjang mewah itu..
Jikalau diri memang mengerti arti hidup.
Sungguh, akal takkan sanggup berpikir cara...


Jangan dikata; Anak-anakku sajalah yang pergi..
Ketahuilah.. siapapun yang melatih diri,
akan dapat sampai dengan pasti...

Di kedalaman ilmu akan lahir segala kejemuan, kebencian dan ketidak-senangan orang..
keindahan ilmu adalah baiknya segala kelakuan..
Harkat martabat sifulan, hanya ada pada shalehnya amal
Dihadapan orang per-orang atau di banyak orang..


Segeralah..
bergegaslah..
Dalam kata dan cara segala..
Kerugian diri..
Kemalangan hati..
Kehancuran jiwa...
Hanya ada pada yang tersia-sia..

Akh.... lihatlah...
Ilmu takkan melekat pada hati yang selalu sibuk
Mengurusi pakaian dan meja makan...
Baca Selengkapnya...

Kisah Wali Songo



Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.


ArTi WaLi soNgo

Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.

Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisongo beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara); Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel); Qasim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel); Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan Kudus); Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishaq); Syekh Suta Maharaja; Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.


Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.


NaMa-nAma WaLi soNgo

Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Walisongo, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:

* Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
* Sunan Ampel atau Raden Rahmat
* Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim



* Sunan Drajat atau Raden Qasim
* Sunan Kudus atau Jaffar Shadiq
* Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin



* Sunan Kalijaga atau Raden Said
* Sunan Muria atau Raden Umar Said
* Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Baca Selengkapnya...

Bulan Sya'ban

Sya’ban
adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan kaum muslimin.

Pindah Qiblat.
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Diangkatnya Amal Manusia
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).bulan sya'ban


Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari pada puasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).” Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.
Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.
Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.

Turun Ayat Sholawat Nabi
Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)

Sya’ban, Bulan Al Quran
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.
Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Malam Nishfu Sya’ban
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.

Baca Selengkapnya...

Wanita Sholihah

Wanita Sholihah
Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim).

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

wanita+solehahWanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).


Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.

Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Baca Selengkapnya...

Kisah Sufi

Biografi Singkat Beliau :

My Inspiration ..

Nama lengkap beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Hajar al Haitami, Lahir di Mesir tahun 909 H. dan wafat di Mekkah tahun 974H. Pada waktu kecil beliau diasuh oleh dua orang Syeikh, yaitu Syeikh.Syihabuddin Abul Hamail dan Syeikh Syamsuddin as Syanawi. Pada usia 14 tahun beliau dipindahkan belajar masuk Jami’ Al Azhar. Pada Unirnersitas Al Azhar beliau belajar kepada Syeikhul Islam Zakariya al Anshari dan lain-lain.

Kitab.kitab karangan beliau banyak sekali, diaantaranya:

1. Kitab Tuhfatul Muhtaj al Syarhil Minhaj (10 jilid besar), sebuah kitab fiqih dalam Madzhab Syafi’i yang sampai saat ini dipakai dalam sekolah-sekolah Tinggi Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kitab ini setaraf dengan kitab Nihayatul Muhtaj ila Syarhil Minhaj (8 jilid besar) karangan Imam Ramli (wafat 1004 H). Kedua dua kitab ini adalah tiang tengah dari Madzhab Syafi’i, tempat kembali bagi Ulama-ulama Syafi’iyah dalam masalah-masalah agama di Indonesia pada waktu ini.
2. Kitab fiqih Fathul Jawad.
3. Kitab fiqih al Imdad
4. Kitab fiqih al Fatawi.
5. Kitab fiqih al ‘Ubad.
6. Kitab Fatawi al Haditsiyah.
7. Kitab Az Zawajir, frgtirafil Kabaair.
8. As Syawa’iqul Muhriqah Firradi al az Zindiqah.
9. Dan banyak lagi yang lainnya.

Perlu diperingatkan kepada pembaca bahwa dalam lingkungan Ulama-ulama Syafi’iyah, terkenal dua orang Ibnu Hajar, yaitu :
1. Ibnu Hajar al ‘Asqalani (wafat 852 H.) pengarang kitab Fathul Bari a’l Syarhil Bukhari dan kitab hadits Bulugul Maram dll.
2. Ibnu Hajar al Haitami (wafat 974H.), pengarang kitab Tuhfah yang kita bicarakan sekarang ini.


Tetapi yang sangat terkemuka di bidang fikih di antara dua orang Ulama Ibnu Hajar ini, adalah Ibnu Hajar al Haitami karena Ibnu Hajar al ‘Asqalani lebih banyak kesibukannya dalam ilmu hadits daripada ilmu fiqih.

sumber : (tidak disebutkan).

Bekerja dengan Cinta

Seorang pembajak sawah ikut bicara,”Beritahukanlah kepada kami tentang bekerja”
Maka al Mustafa menjawab,”Engkau bekerja agar dapat seiring sejalan dengan bumi dan jiwa bumi. Sebab berpangku tangan membuat kalian menjadi orang asing bagi musim, dan terusir dari kafilah kehidupan yang berjalan dengan kemuliaan dan kebanggaan menuju keabadian.

Ketika bekerja, engkau menjelma menjadi seruling yang mengalunkan simphoni merdu dari dalam jiwa. Siapakah di antara kalian yang sudi menjadi buluh, yang sepi dan dungu, ketika yang lain menyanyikan lagu dalam harmoni?Kalian sering mendengar orang berkata bahwa bekerja adalah kutukan dan menjadi pekerja merupakan musibah.Namun kukatakan bahwa ketika kalian bekerja berarti kalian sedang memenuhi impian dunia, yang akan terus menuntut kapan impian itu terwujud.Dengan bekerja berarti engkau mencintai kehidupan. Dan dengan mencintai pekerjaan berarti engkau menyelami rahasia kehidupan yang paling tersembunyi.
Namun apabila dalam penderitaan, kalian menganggap kelahiran sebagai kasih sayang dan bekerja adalah kutukan yang telah digariskan, maka aku menjawab bahwa bekerja adalah keringat yang mengalir di kening untuk menghapus kutukan yang tertulis.

green-connexion2Engkau telah pula diberitahu bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam kekhawatiran engkau menggemakan kembali apa yang telah dikatakan oleh kecemasanmu.Maka aku katakan bahwa hidup memang kegelapan bila tidak disertai dengan harapan dan keinginan. Semua harapan dan keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan semua pengetahuan pada hakekatnya sia-sia, apabila tidak bekerja. Pun semua pekerjaan hakikatnya tiada guna apabila tanpa cinta. Apabila engkau bekerja dengan cinta, maka berarti engkau menyatukan dirimu dengan diri yang lain, juga dengan Tuhan. Lalu apa maksud bekerja dengan cinta? Apabila kalian menenun pakaian dengan benang yang diambil dari hatimu, seolah-olah kekasihmulah yang akan memakai pakaian itu. Atau seperti membangun rumah dengan batu-batu dari jantungmu, seolah-olah belaian jiwamulah yang akan menempati rumah itu.Bekerja pada hakekatnya sama dengan menebarkan benih dengan penuh kelembutan, dan memanennya dengan rasa syukur. Seolah orang yang paling engkau kasihilah yang akan menikmati hasilnya. Sama seperti engkau memberi pakaian dengan seluruh tarikan nafas dan jiwamu. Dengan demikian para arwah yang telah tiada akan menyertai dan memandangimu.

Sering aku mendengar kalian berkata, seolah sedang mengigau dalam tidur,”Siapa yang bekerja dengan pualam, dan menemukan bayangannya sendiri pada bebatuan, lebih terhormat daripada ia yang membajak sawah. Dan ia yang mengatur pelangi agar bisa diletakkan pada pakaian yang disukai manusia, melebihi ia yang membuat sepatu bagi kaki kita. Namun aku katakan, tidak dalam terlelap melainkan dalam keterjagaan siang, bahwa tiupan angin pada pohon oak tidak lebih sejuk daripada tiupan pada rumput. Hanya Dia Yang Agung yang mampu menggubah suara angin menjadi simphoni merdu dengan cintaNya.Kerja membuat cinta menjadi nyata. Jika engkau tidak bisa bekerja dengan cinta namun hanya dengan kegetiran, lebih baik bagimu meninggalkan pekerjaan lalu duduk di depan gerbang kuil untuk meminta sedekah dari orang yang bekerja dengan senang hati. Sebab apabila engkau memanggang roti tidak sepenuh hati, akan menghasilkan roti pahit yang hanya mengatasi setengah rasa lapar. Dan jika engkau tidak sepenuh hati menggiling anggur, maka pekerjaanmu hanya akan menghasilkan anggur beracun. Pun jika engkau bernyanyi untuk para bidadari, sedang engkau sama sekali tidak menyukai lagunya, engkau hanya menyumbat telinga manusia dari alunan suara siang dan malam.

[ Kahlil Gibran ][ Cinta, Ketulusan dan Kesunyian . Navila . 2005 ]

Ilmu tentang Cinta

Almitra bertanya,”Wahai guru, ajarkanlah pada kami ilmu tentang cinta!"Al Mustafa mengangkat kepala dan matanya memandang kepada segenap yang hadir. Seketika keheningan menyelimuti mereka.Dengan suara yang mantap al Mustafa berkata, ”Bila cinta memanggilmu, ikutilah ia, meski jalannya terjal dan berliku. Dan ketika sayap-sayap cinta merengkuhmu maka pasrahkanlah jiwamu, meski di balik sayap itu tersimpan belati yang bisa melukaimu. Pun ketika cinta berbicara padamu - percayalah, meski suaranya akan menghempaskan mimpimu bagai angina utara memporak-porandakan dedaunan di taman.Cinta dapat memahkotaimu dengan kemuliaan, tapi ia juga dapat membuatmu jadi hina-dina.

Ia dapat menumbuhkan kuncup-kuncup bunga yang ada di hatimu, pun dapat pula mencerabut akarnya. Ia dapat menerbangkan dirimu ke tempat yang tinggi sembari membelai ranting-ranting jiwamu dengan cahaya sang surya, begitu pula cinta akan mencengkeram akarmu dan mempermainkannya hingga engkau rebah ke bumi.Bagai bulir gandum, cinta akan mendekapmu. Lalu ia akan mengentammu hingga telanjang, dan membebaskan dirimu dari selubung pembungkus. Ia akan menggilingmu hingga memutih. Melumatmu hingga liat, lalu memasrahkanmu pada bara api yang menyala, agar engkau menjadi roti untuk persembahan suci pada Tuhan.Cinta akan menempamu hingga engkau mengetahui rahasia yang tersembunyi dalam hati, agar engkau menjadi jiwa kehidupan.

Baca Selengkapnya...

10 pintu syaitan sesatkan manusia

Pintu pertama:
Ini adalah pintu terbesar yang akan dimasuki setan yaitu hasad (dengki) dan tamak. Jika seseorang begitu tamak pada sesuatu, ketamakan tersebut akan membutakan, membuat tuli dan menggelapkan cahaya kebenaran, sehingga orang seperti ini tidak lagi mengenal jalan masuknya setan. Begitu pula jika seseorang memiliki sifat hasad, setan akan menghias-hiasi sesuatu seolah-olah menjadi baik sehingga disukai oleh syahwat padahal hal tersebut adalah sesuatu yang mungkar.

Pintu kedua:
Ini juga adalah pintu terbesar yaitu marah. Ketahuilah, marah dapat merusak akal. Jika akal lemah, pada saat ini tentara setan akan melakukan serangan dan mereka akan menertawakan manusia. Jika kondisi kita seperti ini, minta perlindunganlah pada Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا غضب الرجل فقال : أعوذ بالله سكن غضبه
“Jika seseorang marah, lalu dia mengatakan: a’udzu billah (aku berlindung pada Allah), maka akan redamlah marahnya.” (As Silsilah Ash Shohihah no. 1376. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)


Pintu ketiga:
Yaitu sangat suka menghias-hiasi tempat tinggal, pakaian dan segala perabot yang ada. Orang seperti ini sungguh akan sangat merugi karena umurnya hanya dihabiskan untuk tujuan ini.

Pintu keempat:
Yaitu kenyang karena telah menyantap banyak makanan. Keadaan seperti ini akan menguatkan syahwat dan melemahkan untuk melakukan ketaatan pada Allah. Kerugian lainnya akan dia dapatkan di akhirat sebagaimana dalam hadits:
فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِى الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia, dialah yang akan sering lapar di hari kiamat nanti.” (HR. Tirmidzi. Dalam As Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Pintu kelima:
Yaitu tamak pada orang lain. Jika seseorang memiliki sifat seperti ini, maka dia akan berlebih-lebihan memuji orang tersebut padahal orang itu tidak memiliki sifat seperti yang ada pada pujiannya. Akhirnya, dia akan mencari muka di hadapannya, tidak mau memerintahkan orang yang disanjung tadi pada kebajikan dan tidak mau melarangnya dari kemungkaran.

Pinta keenam:
Yaitu sifat selalu tergesa-gesa dan tidak mau bersabar untuk perlahan-lahan. Padahal terdapat sebuah hadits dari Anas, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Pintu ketujuh:
Yaitu cinta harta. Sifat seperti ini akan membuat berusaha mencari harta bagaimana pun caranya. Sifat ini akan membuat seseorang menjadi bakhil (kikir), takut miskin dan tidak mau melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.

Pintu kedelapan:
Yaitu mengajak orang awam supaya ta’ashub (fanatik) pada madzhab atau golongan tertentu, tidak mau beramal selain dari yang diajarkan dalam madzhab atau golongannya.

Pintu kesembilan:
Yaitu mengajak orang awam untuk memikirkan hakekat (kaifiyah) dzat dan sifat Allah yang sulit digapai oleh akal mereka sehingga membuat mereka menjadi ragu dalam masalah paling urgen dalam agama ini yaitu masalah aqidah.

Pintu kesepuluh:
Yaitu selalu berburuk sangka terhadap muslim lainnya. Jika seseorang selalu berburuk sangka (bersu’uzhon) pada muslim lainnya, pasti dia akan selalu merendahkannya dan selalu merasa lebih baik darinya. Seharusnya seorang mukmin selalu mencari udzur dari saudaranya. Berbeda dengan orang munafik yang selalu mencari-cari ‘aib orang lain.

Semoga kita dapat mengetahui pintu-pintu ini dan semoga kita diberi taufik oleh Allah untuk menjauhinya.syaitan

Rujukan: Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Ibnu Qudamah Al Maqdisiy.
(pengusahamuslim.com)
Baca Selengkapnya...

Perjuangan

Aku tetap Aku
Siapa pun tak perlu tahu!
Aku adalah Aku
Yang tak pernah kau tahu
Dan apa juga yang kau sangka!

Aku berjuang
di antara pena dan buku-buku
yang melingkari waktuku
Ku kumpulkan huruf-huruf yang
berhamburan...
di jiwa...
di raga...
di fikiran...

Kukembangkan layar khayal
Keingingan tlah menjelma BAGAI DEWA
Tuk arungi samudra kenyataan
Berdiri tegak pada simpang kehidupan
Dengan tatap mata yang tajam
Memandang hari depan
Yang merindukan.... HARAPAN!

Cangkulku adalah renungan
Mata hatiku adalah pisau
Kudapat kupas apa yang kumau!
Air mata kekasihku
Kuanggap syair kehidupan
Sampai kubilang mati itu adalah... KEINDAHAN!

Bulanlah yang memberiku mimpi-mimpi...
Anginlah yang mengajakku tuk ‘mencari’
Dan aku sama sekali tak peduli
Walau kuharus menjadi “muntah” tuk menjawab
Teka-teki tentang..... DIRIKU SENDIRI! Baca Selengkapnya...

Aku...

Aku…
Aku adalah huruf puisi…
Yang terbaca melafalkan kehidupan.
Aku adalah kata puisi…
Yang bermakna menelusuri suara nurani.
Aku adalah kalimat puisi…
Yang berdiri tegak diatas buana.
Aku adalah bahasa puisi…
Yang terbang menjelajahi semesta
Aku adalah untaian puisi…
Yang terucap dalam doa suci Baca Selengkapnya...

Air Mata

Air matamu mengiris hatiku halus
Ku usapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
Terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
Nafasmu yang mengalir dalam nafasmu

Ku belai rambutmu dengan kelembutan angin malam
Terasa getaran menyatu di ujung jari-jari
Tak kuasa menahan gejolak kasih
Limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan ku tinggalkan hatimu yang menangis pilu
Telah terpatri janji pada kedalaman nurani
Akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
Meski kekuatan malam hendak meragas. Baca Selengkapnya...

Diriku

aku tak bisa..
menulis sebuah kata
aku tak bisa..
merangkai kalimat indah
aku tak bisa..
melukis eloknya prosa
aku tak bisa..
meniti peliknya puisi

karena diriku…
hanyalah ’serpihan’ yang tak pernah ada guna !! Baca Selengkapnya...

Kisah Ashabul Kahfi

Dalam surat al-Kahfi, Allah SWT menceritakan tiga kisah masa lalu, yaitu kisah Ashabul Kahfi, kisah pertemuan nabi Musa as dan nabi Khidzir as serta kisah Dzulqarnain. Kisah Ashabul Kahfi mendapat perhatian lebih dengan digunakan sebagai nama surat dimana terdapat tiga kisah tersebut. Hal ini tentu bukan kebetulan semata, tapi karena kisah Ashabul Kahfi, seperti juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya.

Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian.

Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-'Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).
Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya...


Penulis kitab Fadha'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi:

Yang artinya :
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)" (QS al-Kahfi:10)

Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:
Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi."
"Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.

"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!"
Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!"
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"
Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: "Mengapa?"

Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: "Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!"
Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!"
"Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.
Mereka mulai bertanya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?"
"Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!"
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"
"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!"
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"
Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)."
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"
Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."
"Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan," sahut Imam Ali.
"Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?" Tanya pendeta tadi.
Ali bin Ali Thalib menjawab: "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu."
Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar tentang Qur'an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!"
Ali bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"
"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan, "mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."
Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: "Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"

Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.
Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.
Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.
Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.

Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan --seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?"
"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."
Teman-temannya mengejar: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?"
"Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan. "Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: 'siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian kupikirkan juga bumi ini: 'Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: 'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: "Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!"
"Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!"
"Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya.
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.
Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: "Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."
Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.
Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?"
"Aku mempunyai semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu. "Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!"
"Ah…, susahnya orang ini," jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?"
"Ya," jawab penggembala itu.
Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian."
Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."
Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"
"Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, "kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.
Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: "Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t."
Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."
Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!"
Imam Ali menjelaskan: "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!"
Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata: "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!"
Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu."
Dalam guha tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.
Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: "Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!"
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi."
Tamlikha kemudian berkata: "Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"
Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah."
Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: "Kusangka aku ini masih tidur!" Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?"
"Aphesus," sahut penjual roti itu.
"Siapakah nama raja kalian?" tanya Tamlikha lagi. "Abdurrahman," jawab penjual roti.
"Kalau yang kau katakan itu benar," kata Tamlikha, "urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!"
Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!"
Imam Ali menerangkan: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"
Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!"
"Aku tidak menemukan harta karun," sangkal Tamlikha. "Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!"
Penjual roti itu marah. Lalu berkata: "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?"
Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: "Bagaimana cerita tentang orang ini?"
"Dia menemukan harta karun," jawab orang-orang yang membawanya.
Kepada Tamlikha, raja berkata: "Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."
Tamlikha menjawab: "Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!"
Raja bertanya sambil keheran-heranan: "Engkau penduduk kota ini?"
"Ya. Benar," sahut Tamlikha.
"Adakah orang yang kau kenal?" tanya raja lagi.
"Ya, ada," jawab Tamlikha.
"Coba sebutkan siapa namanya," perintah raja.
Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: "Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?"
"Ya, tuanku," jawab Tamlikha. "Utuslah seorang menyertai aku!"
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: "Inilah rumahku!"
Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: "Kalian ada perlu apa?"
Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!"
Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: "Siapa namamu?"
"Aku Tamlikha anak Filistin!"
Orang tua itu lalu berkata: "Coba ulangi lagi!"
Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: "Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka." Kemudian diteruskannya dengan suara haru: "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!"

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?"
Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.
"Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.
Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: "Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!"
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: "Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!"
Tamlikha menukas: "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?"
"Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja," jawab mereka.
"Tidak!" sangkal Tamlikha. "Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!"
Teman-teman Tamlikha menyahut: "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?"
"Lantas apa yang kalian inginkan?" Tamlikha balik bertanya.
"Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga," jawab mereka.
Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!"
Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu."
Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu."
Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:

Yang artinya :
Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, "Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka." Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, "Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid."

Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?"
Pendeta Yahudi itu menjawab: "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!"
Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah s.a.w.
Baca Selengkapnya...